I hope you're my destiny




For a moment, I'll  trying to remember how you came into my life four years ago
The day I met you was the day my life began
By simple ways that doesn't realize has made my love deeper and deeper
Thanks for holding my hand
It makes me stronger
Thanks for your arm
It makes me comfortable and safe 
Thanks for sharing with me
It makes me feel trusted
Thanks for everything

I love you


-Happy Anniversary Dear-
Selengkapnya...

Seribu Langkah untuk sebuah Harapan

Saat kaki saya mulai menapak di dalam rumah yang damai itu, hati saya sudah siap untuk berbincang dengan penghuninya Yang Maha Baik. Suara-suara yang memasuki telinga saya seakan sudah terfilter untuk menerima pesan-pesan dan nyanyian-nyanyian dari surga saja. Ingin sekali membuang berjuta perkara dunia dan meneguk kedamaian meskipun untuk sejenak.

Namun, konsentrasi ini mendadak terpecah saat sepasang suami isteri duduk di deretan bangku depan saya. Ya suami isteri, bukan sekedar kekasih. Saya tahu pasti karena nama si pria -yang pernah ada di hati saya duluuuu sekali- disebutkan dengan jelas dalam pengumuman pernikahan di gereja ini kurang lebih dua bulan yang lalu. Mereka mengenakan pakaian dengan warna senada, biru tua yang lembut. Tampak sangat serasi, bukan hanya dari pakaian yang mereka kenakan melainkan juga dari cara mereka memperlakukan satu sama lain. Senyum yang saling terlontar dari bibir mereka membuat saya sangat iri.

Bukan. Bukan karena saya cemburu. Rasa itu sudah terkubur dalam-dalam bersama waktu dan orang-orang baru yang datang dalam kehidupan saya setelah itu. Tetapi saya merindukan gambaran seperti yang mereka perlihatkan terjadi pada saya. Pernikahan adalah tujuan besar yang ingin saya raih, yang telah saya impikan beberapa tahun terakhir, yang telah membuat saya melakukan ini dan itu serta rela mengalami kesemrawutan di sana-sini.

Pada akhirnya, saya harus melewati berjuta anak tangga untuk bisa sampai ke sana. Mungkin saat ini memang belum saatnya. Dua puluh dua (22) adalah usia yang sangat muda untuk menapaki hidup berumah tangga. Tapi angka kembar ini saya yakini saat yang tepat bagi saya untuk mencapai tahap yang lebih tinggi. Saya sangat yakin, karena saya tidak berdiam diri. Tapi kembali lagi pada Yang Maha Memberi.

Ups, saya jadi ingat untuk melanjutkan cerita yang di gereja tadi. Ah ya, singkatnya pikiran saya masih terbagi antara mata hati dan mata beneran. Sorry God. I'm still human being. Thanks for twenty two years, especially this chance. Selengkapnya...