I hope you're my destiny




For a moment, I'll  trying to remember how you came into my life four years ago
The day I met you was the day my life began
By simple ways that doesn't realize has made my love deeper and deeper
Thanks for holding my hand
It makes me stronger
Thanks for your arm
It makes me comfortable and safe 
Thanks for sharing with me
It makes me feel trusted
Thanks for everything

I love you


-Happy Anniversary Dear-
Selengkapnya...

Seribu Langkah untuk sebuah Harapan

Saat kaki saya mulai menapak di dalam rumah yang damai itu, hati saya sudah siap untuk berbincang dengan penghuninya Yang Maha Baik. Suara-suara yang memasuki telinga saya seakan sudah terfilter untuk menerima pesan-pesan dan nyanyian-nyanyian dari surga saja. Ingin sekali membuang berjuta perkara dunia dan meneguk kedamaian meskipun untuk sejenak.

Namun, konsentrasi ini mendadak terpecah saat sepasang suami isteri duduk di deretan bangku depan saya. Ya suami isteri, bukan sekedar kekasih. Saya tahu pasti karena nama si pria -yang pernah ada di hati saya duluuuu sekali- disebutkan dengan jelas dalam pengumuman pernikahan di gereja ini kurang lebih dua bulan yang lalu. Mereka mengenakan pakaian dengan warna senada, biru tua yang lembut. Tampak sangat serasi, bukan hanya dari pakaian yang mereka kenakan melainkan juga dari cara mereka memperlakukan satu sama lain. Senyum yang saling terlontar dari bibir mereka membuat saya sangat iri.

Bukan. Bukan karena saya cemburu. Rasa itu sudah terkubur dalam-dalam bersama waktu dan orang-orang baru yang datang dalam kehidupan saya setelah itu. Tetapi saya merindukan gambaran seperti yang mereka perlihatkan terjadi pada saya. Pernikahan adalah tujuan besar yang ingin saya raih, yang telah saya impikan beberapa tahun terakhir, yang telah membuat saya melakukan ini dan itu serta rela mengalami kesemrawutan di sana-sini.

Pada akhirnya, saya harus melewati berjuta anak tangga untuk bisa sampai ke sana. Mungkin saat ini memang belum saatnya. Dua puluh dua (22) adalah usia yang sangat muda untuk menapaki hidup berumah tangga. Tapi angka kembar ini saya yakini saat yang tepat bagi saya untuk mencapai tahap yang lebih tinggi. Saya sangat yakin, karena saya tidak berdiam diri. Tapi kembali lagi pada Yang Maha Memberi.

Ups, saya jadi ingat untuk melanjutkan cerita yang di gereja tadi. Ah ya, singkatnya pikiran saya masih terbagi antara mata hati dan mata beneran. Sorry God. I'm still human being. Thanks for twenty two years, especially this chance. Selengkapnya...

Selamat Idul Fitri 1430 H

T he only way to truly forgive is to forgive and forget. No grudges. It takes alot of you and makes your life so much better. - Duckgirl





'gambar asli diunggah dari sini dan didandani oleh dede
Selengkapnya...

Selembar dua-ribu pertama

Baru tiga hari yang lalu saya dan teman-teman sesama anak kos masa dua tahunan silam-yang kini sudah menjadi anak rumahan dengan penggawean yang berbeda-beda bidangnya- berbincang tentang uang. *bukan obrolan mata duitan lo ya?kalau soal itu nggak perlu disebar-luaskan juga sudah tahu.Bawaan lahir kali*

Kebiasaan perempuan kalau ngumpul pasti ngerumpi. Apalagi kalau lama tidak bertemu.Makin panjang lebar tuh. Mengenang masa silam yang masih hijau, teman-teman yang ber-bhineka, mereka ulang peristiwa-peristiwa memilukan namun tetap erghhh untuk diceritakan kembali, ditambah lagi pengalaman masing-masing usai tidak bersama-sama lagi, menambah daftar panjang cerita yang mengantri untuk bisa diuraikan dengan kata-kata.

Perbincangan kami kala itu lebih cenderung saling berbagi tentang pengalaman kami masing-masing, tentang pekerjaan maupun orang-orang baru yang kami temui dalam tahap hidup yang kami lakoni selama dua tahun ini. Kami berempat memiliki latar belakang pekerjaan yang berbeda. Dua teman saya bekerja di rumah sakit dengan posisi yang berbeda tentunya, yang satu mengabdi sebagai perawat, dan yang satu lagi sebagai resepsionis. Teman saya yang satu lagi bekerja sebagai akuntan di sebuah bank. Dan pekerjaan saya berkutat dengan urusan per-komputer-an. Kalau kami diberi waktu untuk bersama-sama terus, pastilah tidak akan ada sedetik pun yang berlalu dengan keheningan.

Okay, back to topic!

Perbincangan tentang uang itu bermula ketika saya dengan basa-basi menceritakan tentang banyaknya orang yang membutuhkan uang seribuan menjelang lebaran ini. Sampai-sampai muncul pekerjaan baru yang membuka jasa penukaran uang puluhan dengan ribuan tetapi dengan biaya tambahan senilai lima ribu rupiah kalau tidak salah. Hhmm, lumayan kreatif! Selanjutnya, teman saya yang akuntan itu melanjutkan panjang lebar tentang topik per-uangan tadi. Mulai dari alur peredaran uang dari masyarakat ke Bank Indonesia, proses pencetakan uang untuk bisa beredar lagi dan uang yang akan tidak dicetak lagi. Sifat saya yang selalu ingin tahu mendorong indra-indra saya untuk mendengarkan dengan seksama dan bertanya-tanya untuk sesuatu yang kurang saya pahami. Dan kabar terbaru yang saya dapatkan adalah tidak dicetaknya uang kertas seribuan. Uang kertas seribuan yang sudah masuk di Bank Indonesia akan dihancurkan dan tidak diedarkan lagi. Namun diganti dengan uang logam yang gambar kelapa itu. Selanjutnya, BI mencetak jenis uang kertas baru dengan nilai dua ribu rupiah.

Dari slentang-slenting yang saya dengar, selembar uang kertas dua ribuan tersebut sudah beredar. Selain dari bank, salah satunya didapat dari orang-orang yang membuka jasa penukaran uang tadi. Dan baru sampai di tangan saya dua hari kemudian. Meskipun uang yang saya dapatkan kondisinya tidak seperti uang baru dan cenderung lecek, saya merasa terpuaskan. Uang itu akan tetap saya simpan sebagai kenang-kenangan 'selembar uang dua-ribuan pertama' berdampingan dengan uang kertas lima ratusan gambar monyet yang sekarang sudah tidak beredar lagi. Mungkin setelah ini saya akan meninggalkan uang kertas seribuan di dompet saya. Berjaga-jaga kalau pada saatnya nanti sudah tidak berlaku lagi.


*gambar: punya sendiri dong, kan lecek? Selengkapnya...

Tradisi untuk berbagi

Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore hari, tetapi belum ada rasa iba dari tangan dan mulut saya untuk mengisikan sesuap nasi pada si perut yang dari tadi siang berteriak meminta sedekah seikhlasnya. Tidak seperti biasa, saya mendadak tidak peduli dengan rasa lapar ini. Saya terlalu berkonsentrasi dengan pekerjaan saya sekaligus sedikit menikmati kopi udara dengan teman-teman lama hingga tidak menyesal untuk menunda makan siang yang seharusnya sudah saya nikmati beberapa jam yang lalu.

"Nanggung, makan di rumah saja lah!", pikir saya saat itu.

Mengejutkan setibanya saya di rumah. Hanya ada sepiring nasi tanpa pendamping sepotong lauk pun. Belum sempat saya membuka mulut untuk meminta penjelasan dari kenyataan yang saya saksikan, nenek saya sudah menguraikannya dengan cukup jelas.

"Sabar aja, paling sebentar ada ater-ater dari tetangga."

Oiya, saya baru ingat kalau sebentar lagi saudara-saudara saya, kaum muslim menunaikan ibadah puasa. Dan menjadi tradisi, setiap menyambut hari suci ini, masyarakat di lingkungan tempat kami tinggal selalu membagikan rejeki berupa makanan yang pada umumnya memiliki komposisi berupa nasi, mi, sambal goreng, ayam (bisa diganti telur), dan tambahan kue apem (tidak wajib). Oleh orang Jawa, tradisi tersebut dikenal dengan 'punggahan'.

Dan persis dugaan nenek saya, satu persatu tetangga kami melakukan ater-ater tadi hanya berselang kurang lebih sepuluh menit-an. Ada delapan tetangga sekaligus delapan paket menu yang diberikan kepada kami. Kenikmatan yang memang sangat nikmat untuk disyukuri. Semakin bersyukur pula karena saya tinggal di tengah masyarakat pedesaan seperti ini dimana tradisi masih dipelihara dengan baik. Ya, jaman sekarang tradisi cenderung terlihat di desa. Mungkin karena virus-virus teknologi belum merambah terlalu luas seperti di kota sehingga setiap orang masih membutuhkan tangan orang lain untuk bekerjasama ketimbang tangan teknologi.

Dan semoga saja, mereka yang melakukan tradisi seperti ini tidak menganggap perbuatan baik seperti itu hanya sekedar tradisi. Semoga saja, makna di balik tradisi tersebut bisa berarti sangat dalam di hati mereka. Kesempatan untuk memberi dapat dimanfaatkan dengan baik dan dilakukan dengan tulus. Kesempatan untuk memberi tanpa takut menyinggung perasaan orang yang diberi. Kesempatan untuk memberi sekalipun dalam kekurangan. Kesempatan untuk menyisihkan sedikit rejeki untuk berbagi dengan orang lain. Dan kesempatan pula untuk saya menyadari bahwa menikmati dengan berbagi lebih indah daripada menikmati sendiri.


"Selamat menjalankan ibadah puasa"


Selengkapnya...

Unite for Indonesia


'Merdeka!'

Betapa dalam maknanya jika kata itu diteriakkan enam puluh empat tahun yang lalu. Seluruh rakyat bersatu membebaskan diri dari belenggu penjajah sampai rela berkorban nyawa sekalipun hanya berbekal alat perjuangan ala kadarnya. Selebihnya adalah semangat yang membara.

Kini, apakah kata itu masih semenggema seperti dahulu? Mungkin tidak terdengar sekeras dulu. Mungkin tidak juga diucapkan sesemangat dulu. Tetapi, kebahagiaannya akan sama jika kita melihat partisipasi banyak orang untuk memeriahkannya. Bapak-bapak, ibu-ibu, muda-mudi dan anak-anak sangat bersemangat dalam berbagai lomba yang hanya digelar satu tahun sekali khusus untuk perayaan Agustus-an.

Saya pun baru kali ini aktif dalam kegiatan Agustus-an. Rutinitas yang saya lakukan setiap tahun paling-paling hanya mengikuti upacara bendera, itu pun absen selama empat tahun. Akhirnya sadar juga untuk berubah menjadi warga negara yang baik. Setidaknya sedikit meringankan kerepotan panitia 17-an dengan membantu sedikit pula.

Dan sekarang saya berpikir lagi, kalau selama ini saya belum berbuat apapun untuk bangsa ini. Peristiwa hangat yang menjadi duka Indonesia mungkin juga salah kita. Teroris yang bercokol di negara kita mungkin juga timbul karena ketidakpedulian kita terhadap negara, atau paling tidak sesama warga negara.

Ya..semakin hari tingkat keegoisan semakin tinggi. Antar tetangga saja mungkin banyak yang tidak kenal bahkan bertegur sapa. Di tempat kerja, satu dengan yang lainnya saling menjatuhkan dalam merebutkan jabatan dan simpati dari atasan. Banyak orang masih mengunggul-unggulkan pula sifat kedaerahannya.

Kalau hal- hal seperti ini masih dipelihara, bukannya akan mempermudah bangsa lain untuk memecah-belah negeri ini. Mari kita coba untuk kompak dan bersatu, sekalipun dalam hal-hal kecil. Untuk kita, untuk Indonesia.

*gambar asli dipinjam dari sini Selengkapnya...

VIP room

Baru saya sadari kalau ruangan yang saya miliki ini ternyata sangat spesial. Padahal saya sendiri-yang memiliki ruangan ini-tidak tahu persisnya bagaimana ruangan ini bisa terbangun menjadi demikian.(Hhmm, bagaimana ya menggambarkannya?)

Ruangan ini tidak bersih. Masih banyak sampah berserakan di sana-sini. Meskipun sering sekali saya membersihkannya, tetap ada saja sampah-sampah dan debu-debu dari luar yang mengotorinya lagi. Atau mungkin saya sendiri yang lebih sering menyampah di situ.

Yang jelas, ruangan ini cukup luas untuk dihuni puluhan orang. Namun tidak sembarangan orang bisa masuk ke dalam ruangan ini. Ruangan ini hanya mempunyai satu pintu. Kunci ditangan saya. Tidak ada duplikat. So, hanya saya yang bisa mempersilakan orang lain masuk dan membolehkannya keluar. Tentunya keluar atas permintaan saya. Hhh..egoisnya saya?

Karena saya orang yang welcome, siapapun akan saya ijinkan untuk masuk ke dalam ruangan ini. Sekedar duduk di kursi yang telah saya sediakan dan berbincang-bincang dengan saya sembari melihat-lihat perabotan yang terpajang di sana juga boleh. Asal jangan sampai membuat ruangan saya menjadi semrawut. Saya pasti akan langsung membukakan pintu dan menyuruhnya keluar dengan paksa.

Susah payah saya menata ruangan ini. Yang pasti tidak sendirian. Banyak orang yang telah masuk ke sini, membantu mempercantik ruangan ini. Mulanya mereka hanya singgah. Perlahan, dengan komunikasi yang mendalam dengan saya mereka pun betah tinggal di sini. Padahal yang mereka lakukan hanya duduk di kursi masing-masing, berbisik pada saya agar saya tidak salah meletakkan perabotan. Kalau saya bandel, mereka cukup berteriak dan saya pun jadi lebih sadar untuk menentukan posisi yang pas dimana saya bisa meletakkan perabotan yang saya miliki.

Mereka adalah sahabat-sahabat saya yang baru singgah empat tahun lalu. Dalam waktu yang sesingkat itu, mereka sudah sangat berjasa membuat ruangan yang saya miliki ini menjadi lebih menarik. Karena itu saya siapkan kursi yang nyaman khusus untuk mereka. Yah, ruangan saya ini memiliki banyak kursi. Seperti menonton sebuah konser, setiap orang harus menunjukkan tiket untuk bisa duduk di kursi yang ingin ditempati. Namun sekali lagi saya-lah yang menentukan di kursi mana dia bisa duduk. Setinggi apapun penawarannya, kalau dia tidak bisa memuaskan saya, saya tidak akan memberinya kursi yang layak.

Tenang saja. Saya tidak sejahat itu. Saya akan usahakan agar setiap orang yang masuk bisa duduk di kursi yang nyaman. Hanya saja, jangan iri kalau hanya orang-orang tertentu yang saya perlakukan dengan sangat baik. Bukan karena mereka lebih dulu tinggal di situ, tetapi mereka bisa mengisi ruangan itu dengan pernak-pernik menawan yang sebelumnya tidak ada atau tinggal sedikit dalam ruangan itu.

Satu lagi, saya punya kursi spesial lo. Tapi hanya berdaya muat dua orang. Saya dan satu orang lagi. Yang membuat saya heran, kenapa dia sangat betah duduk di sana? Kenapa saya enggan untuk menyuruhnya berpindah kursi atau sekalian keluar saja dari sini? Padahal dia sudah sering mengotori ruangan saya ini. Meskipun toh pada akhirnya dia sendiri juga yang membersihkannya. Ah, saya sendiri pun tidak tahu jawabannya. Alasan yang bisa saya kemukakan hanya sebuah hasrat dari dalam ruangan ini yang cukup kuat untuk menahannya tetap tinggal. Dan itu sangat kuat.

Sekarang, saya harus lebih berhati-hati untuk menggunakan kunci yang saya pegang ini. Gawat sekali kalau saya mengundang orang baru (lagi). Apalagi kalau dia sangat teliti dengan ruangan yang saya miliki ini. Aura ruangan saya pasti akan penuh dengan kenangan-kenangan yang sulit dibersihkan. Seperti yang saya rasakan saat ini.

PS.
'ruangan yang saya maksud adalah hati saya. trims buat teman-teman atas support-nya selama ini, hingga saya bisa seperti sekarang. trims juga untuk yang menempati kursi spesial bersama saya. kalian semua akan tetap tinggal di hati saya'
'gambar asli dipinjam dari sini'
Selengkapnya...

Kamis: Gerimis dan Tangis

Cerita ini adalah realita dari sebuah suara hati yang saya sharing-kan di facebook beberapa minggu yang lalu. Barisan kata yang saya rangkai menjadi kalimat berikut:"Saya siap menangis dalam kehilangan dan harus siap menangis pula dalam rasa kehilangan yang paling besar, KEMATIAN", ternyata bukanlah sebuah kalimat yang tanpa makna.

Sebelumnya saya tidak pernah menyangka kalau kalimat yang saya susun untuk menggambarkan kekuatiran saya kala itu akan benar-benar terjadi sesudahnya. Hari itu, Kamis 23 Juli 2009, langit tidak secerah biasanya. Awan kelabu memaksa langit mengucurkan tetesan-tetesan peluhnya. Ini adalah hujan pertama setelah teriknya matahari menguasai hari-hari dalam bulan ini. Perubahan ini cukup meningkatkan rasa malas saya untuk melangkahkan kaki ke jalan. Apa daya, saya pun harus mengusir rasa malas itu untuk kembali menunaikan kewajiban sebagai pekerja.

Rupanya saya hanya berhasil melakukannya di perjalanan. Sesampai tempat saya bekerja pun, rasa malas itu kembali datang. Hasilnya, tidak satu pekerjaan pun bisa saya selesaikan dengan baik. Kehadiran teman lama menambah tumpukan pekerjaan yang tertunda tetapi cukup untuk mengisi sebagian ruang di hati saya dengan kebahagiaan. Sedikit bernostalgia dengan berlembar-lembar cerita lucu dan naif di masa lalu mendorong saraf-saraf tawa di sekujur tubuh saya bekerja dengan sangat baik dan berlangsung dalam sekian jam pada siang itu.

Kalau saya pikir-pikir sekarang, mungkin hal itu dianugerahkan pada saya sebagai pemanasan agar saya tidak kaget menghadapi peristiwa memilukan di malam harinya yang terjadi persis seperti apa yang saya kemukakan di awal cerita ini. Gerimis yang turun sepanjang hari ini mungkin juga adalah salah satu bentuk rasa solider sang alam terhadap kesedihan saya. Bermula dari perbincangan saya melalui sms dengan orang terdekat malam itu. Sebuah masalah yang sama kembali ia utarakan dan kali ini lebih berat. Tidak mungkin saya hanya jadi pendengar saja. Kata demi kata saya lontarkan sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah ini. Tetap saja menemui jalan buntu. Malah, yang ada di benak saya adalah kekuatiran bahwa saya akan kehilangan sesuatu, lebih tepatnya orang yang mengirimi saya sms tadi.

Di tengah derai air mata yang harus saya tahan karena berdampingan dengan orang tua yang tidak mungkin harus saya libatkan dengan dilema yang saya hadapi, telepon berdering dan suara berat di ujung telepon yang lain memberi kabar bahwa saya harus menerima kenyataan kalau saya sudah kehilangan yang lain. Ya, yang lain. Bukan orang yang sedari tadi saya pikirkan dan bukan hanya hilang di suatu tempat dimana suatu saat saya bisa menemuinya kembali. Tetapi hilang ke sebuah alam yang belum pernah saya singgahi dan menakutkan bagi banyak orang. Dia adalah seorang perempuan yang ditakdirkan sedarah dengan saya. Seorang perempuan renta yang syarat dengan pengorbanan di masa hidupnya. Dan sekarang saya sudah tidak bisa menyaksikan sosok nenek dalam balutan kebayanya. Saya sudah tidak bisa merasakan atu sekedar mencicip masakannya lagi. Masakan yang sudah jarang diolah oleh perempuan-perempuan masa kini.

Sepanjang malam saya terisak dalam sesal, mengutuki keegoisan saya yang berkepanjangan hingga saya mengabaikan apa yang namanya peduli. Bahkan orang yang sedarah dengan saya. Saat-saat menjelang kepergiannya, saya malah asyik dengan mimpi-mimpi semu yang kalaupun diwujudkan tidak akan menguntungkan siapapun, hanya kepuasan semu pula yang saya dapat.

Ya sudahlah. Saya pun sudah sangat ikhlas karena di balik kesedihan yang terjadi selalu ada sisi positifnya. Itulah yang saya percayai. Dan karena kepercayaan itulah saya menjadi kuat. Meskipun saya yakin saya belum sempurna, setidaknya saya mempunyai keinginan untuk merubah diri saya menjadi lebih baik. Untuk tidak melulu berprasangka buruk pada kehidupan yang keras. Keras tidak selalu buruk kan?

Saya jadi teringat pada tulisan terakhir saya. Waktu itu saya seperti berada di atas awan. Setelah sekian lama tidak merasakan hal yang seperti itu, saya seakan berada di puncak kebahagiaan. Dan sekarang saya rela untuk terbenam dalam lembah kesedihan yang amat curam. Kehidupan saya jungkir-balik dalam waktu yang bisa dibilang sangat singkat.

Kalau sekarang saya sangat sedih, itu wajar kan? I'm human with many weakness in my body and soul. Yeah..like you. And then, we must be survive in any situations. Don't ever give up and do better than yesterday.


Selengkapnya...

Mendapat Apa Yang Disebut Bahagia

Sejuknya hembus angin
Telah redakan
Segala amarah dalam hatimu

Terkadang kau sendiri tak mengerti
Begitu mudah engkau kecewa
Oh..dan ini seringkali terjadi
setiap harapanmu tak terpenuhi

Kau coba menyendiri dan membisu
Tuk memahami isi jiwamu
Lalu tercipta sebuah lagu merdu
Tempat curahan segala resah

Dan kau ceritakan pada dunia
Oh..tentang harapan dan angan-anganmu

Oh..aku ingin dapat bebas lepas
Aku ingin senantiasa merasa bahagia
Aku ingin dapat terbang jauh
Bila tiada yang peduli

Oh..aku ingin dapat mengungkapkan
Segala yang kurasakan dalam hati ini
Aku ingin dapat terbang jauh
Bila tiada yang mengerti

Tampaknya Mas Indra Lesmana ini sangat mengerti apa yang saya rasakan saat ini. (*emang ada hubungan apa dengan gue). Secara lirik lagu "Aku ingin"-nya sangat klop dengan gambaran perasaan saya saat ini. Atau mungkin bukan hanya saya. Kamu juga kan? Siapa sih yang tidak ingin bahagia?
Setelah berperang dengan kehampaan yang amat dahsyat, akhirnya saya menemukan kesegaran yang cukup menenangkan hati dan pikiran saya. Terbang bebas menuruti apa yang menjadi 'ingin' saya. Benar-benar lepas menggapai kesatuan 'ingin' saya.
Dan di tempat itulah, awal mula saya mendapatkan 'ingin' itu. Tempat itu seperti telah sengaja diatur sedemikian apik hingga setiap orang yang menghampirinya merasa seperti berada dalam serpihan surga dunia. Meskipun saat itu bukan kali pertama saya menginjakkan kaki atau bahkan menelusur kawasan wisata itu. Tapi entah kenapa, harus saat itu saya merasakan ketenangan, kebebasan dan semua perasaan campur aduk yang tidak ada satupun yang tidak diinginkan oleh manusia. (tidak bingung kan memahami kalimat?).

Memasuki gerbang kota, visual saya sudah dimanjakan oleh deretan bangunan yang satu dengan yang lain mempunyai keunikan masing-masing dan saya hanya bisa berkata "amazing". Hampir setiap rumah memamerkan tanaman hias yang ditata dengan rapi di atas pot di teras masing-masing ataupun dijajar di dalam green house untuk tanaman yang memang sengaja dikembangbiakkan dalam jumlah banyak. Dilihat dari banyak segi, saya pikir penduduk di sini adalah kalangan menengah ke atas. Mungkin karena setiap jengkal tempat ini bisa dijadikan potensi ekonomi yang menjanjikan dan memang benar-benar dimanfaatkan oleh penduduk setempat. Fasilitas yang disediakan sebagai pelengkap wajib kota wisata seperti hotel, restoran, karaoke, kafe dan massage (pijat ++ kali..hush!!) tak kalah menarik. Ada yang mengusung gaya Eropa, Belanda dan Indonesia sendiri tentunya. Sepertinya bangunan-bangunan itu dirancang oleh Arsitek yang tidak bisa dibilang amatir. Dan kalau saya pikir lagi, pemerintah kota ini sangat berperan dan cukup banyak andil dalam tata kota yang demikian indah yang sekaligus merupakan trik juga untuk meningkatkan pendapatan daerah.

Sedikit menanjak, pemandangan yang disuguhkan semakin mengagumkan. Keaslian alam yang memang sudah menawan ditambah campur tangan manusia yang entah otaknya terbuat dari apa hingga tercipta sesuatu yang mengagumkan di kanan dan kiri jalan. Persawahan dengan tanaman sayur yang memang ditakdirkan untuk tumbuh di daerah dengan suhu dingin seperti tempat yang saya kunjungi ini membentang mengikuti gundukan bukit di kanan-kiri jalan itu. Sebagian dibuat bertingkat-tingkat yang semasa saya masih mendapat pelajaran IPS dulu dikenal dengan sengkedan. Saya semakin takjub menyaksikan cahaya kuning yang dipendarkan oleh sinar mentari siang itu. Dan ternyata cahaya itu adalah fatamorgana dari ujung daun-daun kol yang sudah membusuk. Kok dibiarkan saja ya?Atau busuk karena apa?Ah, saya toh tidak berminat jadi ahli pertanian. Tapi tetap saja ingin tahu dan sampai sekarang masih kesal karena belum mendapat jawabannya. Ya sudahlah. Masih banyak yang harus saya nikmati.
Benar, jalanan di depan masih menyisakan berjuta keelokan. Jalanan yang meliuk-liuk dengan lembah yang tidak terlalu curam dan bukit-bukit yang tidak terlalu jauh dari tepi jalan turut menyerasikan daya tarik kawasan tersebut. Menikmatinya dengan berkuda besi seperti cara saya ini adalah cara yang paling tepat. Jalan yang sempit tidak menjadi halangan untuk menghentikan kendaraan dengan tiba-tiba. Saya bisa berkata begini karena waktu itu sempat terganggu dengan mobil di depan saya yang tidak menyisakan sedikit jalan untuk dilewati oleh pengendara kecil di belakangnya. Apalagi kalau mereka mengerem mendadak. Bisa saya cuap-cuap tuh

Hari menjelang sore dan saya bersama partner saya melaju dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai di tempat yang sudah kami rencanakan. Pemandian air panas. Pas buat kondisi tubuh saya yang kurang fit. Kata si mbah saya, mandi air panas (maksudnya hangat) berkhasiat untuk mengurangi pegal-pegal. Setelah googling, ternyata khasiatnya bukan cuma itu. Bisa juga untuk mengurangi stres, mengobati flu, sakit kepala, penyakit kulit dan masih banyak lagi. Tidak muat untuk di-posting di halaman ini kalau saya ulas lebih rinci.

Langsung saja saya nyemplung sembari membuat beberapa gerakan sederhana (baca:berenang) untuk melemaskan badan. Tidak lama sih, cuma satu jam-an. Dan hasilnya luar biasa aneh. Begini kronologisnya. Di kolam yang saya cemplungi itu airnya suam-suam kuku. Saya naik dan berjalan menuju kamar ganti dan bersentuhan dengan udara yang bersuhu pegunungan. Selanjutnya, saya membilasnya dengan air bersih yang ada di dalam kamar mandi dengan suhu di atas air kolam tempat saya berenang tadi. Lebih tepatnya, agak lebih panas. Kombinasi yang cukup menyakiti sendi. Hangat-dingin-panas. Sepertinya kulit saya ini akan dijadikan makanan atau apa hingga harus melewati prosedur yang demikian. Untung saja saya bersama partner yang klop sehingga setiap gangguan-gangguan kecil terasa tidak berarti kalau sudah bercengkerama dengannya.

Sang surya mulai menghilang di kaki langit. Kami meninggalkan tempat itu dan kembali takjub menyaksikan kabut tipis yang menyelimuti lembah dan bukit di tepi jalan yang kami lewati. Aksesoris alami yang cantik. Saya sudah kehabisan kata-kata untuk menggambarkannya, terlebih apa yang saya rasakan di sini, di hati saya. Saya pun sadar kalau kebahagiaan yang saya dapatkan hari itu bukan hanya karena nikmatnya penjelajahan visual saya, tetapi lebih karena perpaduan keinginan dan kekaguman akan sesuatu yang sama dengan dia yang menghantarkan saya ke tempat itu.

PS.
'tempat yang saya kisahkan adalah Kota Batu'
'lirik milik
Indra Lesmana'
'ucapan terima kasih untuk dia yang berbagi arti keindahan bersama saya. Mari kita buat episode yang lebih menarik'
Selengkapnya...

Teror (lagi)


Seorang pria paruh baya terpontang-panting di tengah kepanikan, berniat meminta uluran tangan dari orang-orang yang lalu lalang di jalanan kawasan itu. Namun, banyak orang merasa enggan. Entah takut, sibuk, atau memang tidak peduli.
Begitulah kira-kira gambaran yang saya tangkap dari pernyataan seorang saksi selamat dalam peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Clarton, Jakarta kemarin kurang lebih jam delapan pagi yang diwawancarai oleh reporter sebuah stasiun tv swasta. Sebelumnya saya ucapkan bela sungkawa untuk para korban.
Saya tidak pernah membayangkan rentetan peristiwa pemboman yang pernah terjadi di Indonesia bakal terulang. Saya tidak pernah habis pikir, apa untungnya bagi mereka (baca: pelaku) melakukan tindakan anarkhi seperti ini? Puaskah? Pikiran seperti apa yang bisa mengatur hatinya untuk menjadi puas, atau menginstruksi bibirnya untuk mengukir sebuah senyuman sedangkan banyak orang mengalirkan berkubik-kubik air mata? Saya hanya bisa bersimpati untuk orang-orang yang demikian. Dan saya harap kejadian seperti ini tidak akan terulang. Saya harap setiap orang termasuk saya mau untuk menanggalkan keegoisan dan obsesi yang mengancam keselamatan orang lain. Demi perdamaian.

* gambar dicuri dari sini Selengkapnya...

Selamat jalan Michael Jackson

Shocked and unbelieved. Itulah gambaran perasaan saya saat tak sengaja membuka pintu gerbang dunia maya pagi ini.Foto Michael Jackson terpampang dengan jelas dalam headline yahoo, ,"Michael Jackson dies in LA". Saya pun langsung cek situs-situs lain yang memaparkan warta serupa dan didapat informasi bahwa penyebab kematian The King of Pop tersebut adalah cardiac arrest atau yang lebih dikenal dengan serangan jantung mendadak. Dia meninggal dalam usia 50 tahun. Diduga hal ini dipicu oleh stres dalam menyiapkan konser tunggalnya di London bulan Juli mendatang. Tapi kabarnya, kondisi kesehatan Jacko (nama panggilannya) memang tidak begitu bagus.
Tentunya, dunia sangat merasa kehilangan mengingat begitu banyak prestasi yang dia torehkan di dunia musik dan hiburan. Meskipun dunianya juga diwarnai banyak skandal. Nobodies perfect kan?
Saya termasuk satu dari sekian banyak orang yang mengaguminya. Khususnya lagu "Heal the world" yang saya putar berulang kali saat pertama kali mendengarnya. Ada pesan perdamaian di sana, seperti yang terdapat pada sebagian besar koleksi lagunya. Itulah yang menjadi kekhasannya, yang sedikit dimiliki oleh musisi lain. Pernah juga dia berkolaborasi dengan Lionel Richie,Stevie Wonder dan musisi-musisi lain yang populer di jamannya sebagai persembahan USA for Africa dengan judul "We are the world". Lagu itu benar-benar menyentuh dan akan tetap tersimpan rapi dalam album favorit saya.
Selamat jalan Michael Jackson.


Like anybody, I would like to live a long life. Longevity has its place. But I'm not concerned about that now. I just want to do God's will. And He's allowed me to go up to the mountain. And I've looked over. And I've seen the promised land. I may not get there with you.
Martin Luther King Jr

Good men must die, but death can not kill their names

---Proverbs


*gambar di-copy dari www.brandedinthe80s.com



Selengkapnya...

Edit foto kilat

Bulan juni adalah bulan kebebasan bagi saya. Untuk sejenak saya meliburkan diri dari pekerjaan sampingan saya sebagai...(kasih tau nanti saja deh). Pokoknya saya memiliki waktu senggang lebih banyak dibanding bulan-bulan lain. Tapi bukan berarti selepas kerja saya mesti enjoy tidur-tiduran di rumah karena tidak ada pekerjaan lain yang harus saya kerjakan. Itu sangat menjemukan. Biasanya saya mengisi waktu luang dengan duduk (lagi) di depan komputer tapi kali ini bukan untuk menuruti keinginan atasan melainkan meladeni kegemaran pribadi. Satu hal yang sangat menarik minat saya akhir-akhir ini adalah bermain dengan foto. Sebenarnya ketertarikan saya dengan foto sudah sejak lama. Hanya saja kesempatan untuk belajar lebih jauh baru datang sekarang. Rela juga untuk duduk berjam-jam demi mendapatkan hasil yang memuaskan.
Suatu sore, saya sedang asyik jalan-jalan di dunia maya dan menemukan situs seorang selebblogger. Dari situ, saya temukan tautan demi tautan yang mengarah pada selebblogger lain. Namanya juga selebbloger, isi artikelnya pasti berisi info yang up to date atau paling tidak gaya penulisan yang menarik. Ada satu judul yang memaksa saya untuk mengobok-ngobok isinya, yaitu "Edit foto tanpa software, bisa lho.." yang diposting oleh mbak chika. Di situ saya menemukan beberapa software yang memberikan layanan Online photo editing diantaranya adalah loonapix, picnik, splashup, fotoflexer dan magmypic. Saya langsung meluncur ke TKP. Ternyata caranya sangat mudah. Tinggal upload foto yang ingin diedit, selanjutnya tambahkan efek, pernak-pernik, ataupun teks yang kita mau. Salah satu layanan yang saya coba adalah di loonapix karena kita bisa langsung meng-edit tanpa registrasi dan kebetulan saya suka dengan pilihan efek-efek yang disediakan. Berikut ini adalah hasil edit-an foto saya.



Silahkan coba layanan Online photo editing yang lain dan selamat berkreasi Selengkapnya...

Malang di kota Malang

Sekedar bercerita tentang kisah saya beberapa hari yang lalu. Berniat meng-goal-kan satu keinginan yang sudah lama diplanning. Tapi belum sampai setengah jalan, malah kesremawutan yang saya alami. Tak bisa saya bayangkan bagaimana hasil akhirnya, kalau dalam prosesnya saja sudah sedemikian amburadul.

Liburan yang sudah lama saya nanti-nantikan setelah hampir sebulan penuh saya relakan diri berada di antara tumpukan kertas dan rasa kantuk yang berat akibat side job yang lumayan menyita waktu, ternyata pada hari-H melenceng jauh dari bayangan.

Saya tidak menyadari kalau hari itu adalah weekend. Jalanan terlalu macet dan buruk untuk dinikmati keasriannya. Apalagi perjalanan ini saya tempuh dengan bis. Meskipun banyak pemandangan alam yang saya lewati, tetap saja masih menyisakan kepenatan yang cukup mengusik. Kondisi tubuh pun turut mendukung suasana yang saya rasakan kala itu. Mungkin porsi sarapan saya hari ini terlalu sedikit hingga energi yang dihasilkan tidak tersuplai dengan seimbang di tubuh saya.

Perjalanan pun terpaksa saya nikmati dengan tetap membiarkan sang sopir menginjakkan rem mendadak beberapa kali - hampir menubruk kendaraan kecil di depannya. Isi perut saya mungkin sempat juga tertukar posisi . Selang dua jam, barulah saya tiba di kota tujuan - Malang. Tidak sabar untuk melanjutkan rencana, saya pun melangkahkan kaki ke dalam angkutan kota yang tampaknya akan mendahului angkutan-angkutan lainnya karena sudah penuh penumpang. Mobil melaju dengan kecepatan sedang sesaat setelah mas sopir menarik kemudinya. Sementara saya sedang meneguk minuman untuk membangun kembali ketenangan akibat perjalanan yang kurang menyenangkan. Dan tak disangka, ketenangan yang hampir saya dapatkan terusik lagi karena angkutan yang saya tumpangi tiba-tiba berhenti di tengah jalan-mogok.

Si mas sopir dan mas kenek pun ngomel-ngomel khas kera ngalam sembari memperbaiki mesin dan menyaksikan satu per satu penumpangnya berganti mobil,termasuk saya. Dalam hati saya bertanya,"Inikah Malang sekarang?", seakan sudah bertahun-tahun tidak menginjakkan kaki di kota ini. Padahal baru sebulan yang lalu saya singgah. Mungkin karena empat tahun saya berada di sini belum pernah merasa sepanas dan semacet hari ini. Malang yang saya kenal adalah malang yang mempunyai sejuta pesona yang selalu menyisakan kerinduan yang mendalam bagi setiap orang yang bermukim ataupun sekedar singgah di sana. Dengan puluhan Universitas yang membuatnya menjadi daya tarik setiap pelajar dari berbagai daerah yang tersebar di pelosok nusantara untuk menimba ilmu di kota ini, menciptakan warna-warni budaya yang terasimilasi dengan kebudayaan setempat. Hal ini membuat setiap sudut kota Malang terasa menarik. Namun, kesan yang saya tangkap saat itu tidak demikian. Kota itu terasa asing dengan banyak orang yang asing pula bagi saya. Mungkin saya belum siap untuk menyaksikan satu demi satu teman-teman kuliah saya kembali ke tempat asal mereka untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah. Saya pun belum menyadari kalau senyuman dan tegur sapa mereka tidak akan sempat lagi saya saksikan di kota ini. Ah, sudahlah. Ada pertemuan, ada juga perpisahan. Ada kebersamaan, ada kesendirian. Itulah hukum alam. So, life must go on.

Dan tak terasa saya sudah sampai di tempat tujuan. Bertemu dengan seseorang (pria) yang saya rindukan, tiba-tiba segaris senyuman mulai menyembul dari bibir saya. Tapi itu tidak berlangsung lama setelah beberapa kali obrolan yang kami lakukan terasa begitu hambar. Saya menyadari keadaannya yang masih lemas karena sakit. Seharusnya saya bisa membangkitkan semangatnya dengan canda atau apapun yang bisa membuatnya sejenak tak merasa sakit sekalipun sedang sakit. Mengingat suasana hati saya yang juga sedang kacau, hal itu tidak saya lakukan.

Detik demi detik pun berganti dan suasana tak kunjung cair. Ditambah lagi kesalahan demi kesalahan yang saya lakukan. Aduh!Semakin tidak enak saja. Saya ceroboh lagi. Hal yang biasa saya lakukan dan dia tau itu. Biasanya dia bisa memaklumi hal ini. Untuk kali ini, dengan keadaannya yang seperti itu, saya bisa mengerti kalau dia merasa terganggu. Salut juga dengan sikapnya yang tak membiarkan amarahnya meluap terlalu lama. Mungkin karena dia tidak tega memandang ekspresi wajah saya yang tergambar jelas sedang menyimpan suatu kesedihan plus kebingungan plus kecemasan, pokoknya perasaan yang serba tidak enak. Dia pun berinisiatif untuk mengikutsertakan teman-temannya dalam aktifitas kami selanjutnya. Saya juga telah mengenal teman-temannya dengan cukup baik setelah dia mengenalkannya kepada saya sekalipun hanya say hi yang bisa terucap dari bibir saya. Akhirnya, suasana perlahan berubah menjadi nyaman dan saya berusaha menikmatinya. Namun, hal itu tidak mengurangi penyesalan di hati saya. Tibalah waktu saya pulang dengan membawa sebuah PR besar yaitu bagaimana menjaga sikap dalam suasana hati seburuk apapun.

*Coretan ini ditujukan untuk seseorang sebagai isyarat kata maaf yang tulus dari lubuk hati saya Selengkapnya...

Sulitnya menaruh kepercayaan???

Sekilas teringat kasus yang masih santer terdengar melalui berbagai media. Kasus Pak Antasari Ashar, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi yang menjadi terdakwa pembunuhan Nasrudin Zulkarnain.Yang menarik, kasus tersebut telah banyak memunculkan public figure baru. Karena sorotan media,yang semula tidak nampak keeksisannya di media cetak maupun elektronik, mendadak dalam kasus tersebut kepopuleran mereka sedikit banyak terangkat ke permukaan. Tentunya dengan citra yang berbeda-beda menurut pandangan penikmat berita.
Ada satu hal yang sampai sekarang masih tersimpan dalam ingatanku. Yakni saat Pak Antasari bersama sang isteri mengadakan jumpa pers untuk melakukan klarifikasi atas keterlibatannya dalam kasus tersebut,statement yang diungkapkan oleh sang isteri benar-benar membuatku terpukau.Dengan tenang dan bijak berulang kali ia mengatakan "Saya percaya dengan bapak". Bahkan dalam beberapa kali wawancara pasca Pak Antasari berada dalam tahanan, ia tetap mengucapkan kalimat tersebut.


Asal-usul timbulnya rasa percaya yang begitu besar pada orang yang dicintai hanya dia yang tahu.Yang jelas,aku kurang setuju dengan anggapan bahwa cinta = 100% percaya. Bagiku, kepercayaan antar pribadi cenderung timbul karena sikap satu sama lain yang sama-sama bisa menjaga komitmen. Bukan ditentukan oleh kadar cinta yang dimilikinya. Malah menurutku saat seseorang merasa kurang percaya, itu lebih karena rasa takut sebagai bagian dari keterbatasan manusia bahwa orang yang dicintainya bisa saja melanggar komitmen yang dibuat bersama akibat beberapa hal yang juga merupakan keterbatasan sebagai manusia.

Adanya kesalahan fatal yang dibuat di masa lalu bisa juga menjadi faktor rasa kurang percaya tersebut. Hal ini seperti pepatah yang mengatakan,"Butuh waktu lama membangun sebuah kepercayaan, namun waktu sekian detik saja dapat menghancurkannya".

Aku pun menyadari bahwa kurangnya kepercayaan bisa memicu banyak hal negatif seperti pertengkaran dan perasaan cemas yang berlebihan. Sebagai perempuan yang sering mengandalkan perasaan, hal ini seperti berada di luar ruang kendaliku meskipun telah banyak kali aku mencoba mengendalikannya. Usaha dari dalam diri sendiri sudah sepatutnya dilakukan, namun lebih baik lagi jika dilakukan berdua. Ada baiknya,masing-masing pihak saling memposisikan diri. Pria berusaha untuk menyelami dalamnya perasaan wanita. Demikian pula sebaliknya, wanita mencoba menemukan kemauan pria dalam setiap pemikirannya.
Dengan begitu, mungkin kepercayaan bisa dibangun dengan kokoh.

Selengkapnya...

Mengurangi dampak negatif plastik melalui pengelolaan sampah yang baik

Sampah, salah satu faktor utama penyebab terjadinya bencana di bumi ini. Banjir, tanah longsor, bahkan akhir-akhir ini salah satu korban harus rela kehilangan nyawanya karena tertimbun sampah yang menggunung adalah beberapa contoh dampak negatif yang ditimbulkan akibat pengelolaan sampah yang kurang baik. Jadi, bukan salah sampah kalau akhirnya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di bumi ini, tetapi sikap penghasil sampah tersebut yang tidak bisa mengelolanya dengan baik.
Untuk sampah yang bersifat alami seperti dedaunan dan sisa-sisa makanan tidak perlu dikuatirkan. Karena sampah jenis tersebut akan mengalami pembusukan dan terurai di dalam tanah dalam kurun waktu yang tidak lama. Sampah non alamiah lah yang perlu mendapat penanganan utama.
Tidak bisa dipungkiri, modernisasi telah mengubah pola hidup manusia dari yang alamiah menjadi kimiawi. Salah satu bahan kimia yang mendominasi dunia saat ini adalah plastik dan sebagian besar digunakan untuk pembungkus berupa botol minuman, bungkus makanan, wadah kosmetik, serta kantong plastik yang akhirnya akan dibuang juga menjadi sampah. Padahal, jika di dalam tanah, butuh waktu minimal 1000 tahun untuk menguraikan sampah plastik tersebut. Pembakaran sampah plastik juga memiliki efek yang buruk pada atmosfer yakni menipisnya lapisan ozon. Lalu, apa solusinya?
Salah satunya adalah dengan cara mengurangi penggunaannya. Beberapa negara di dunia telah berupaya untuk mengganti penggunaan kantong plastik dengan tas belanja yang terbuat dari kertas. Di Indonesia, kelompok yang berperan besar dalam pengurangan sampah plastik adalah pemulung. Dengan alasan pemenuhan ekonomi, secara tidak langsung mereka telah ikut andil dalam melestarikan bumi. Mereka yang dipandang sebelah mata saja bisa melakukan hal besar untuk bumi ini. Lalu bagaimana dengan kita?
Semua hal besar selalu berawal dari hal kecil. Dengan tindakan sederhana yang kita lakukan-misalnya dengan memilah-milah jenis sampah yang ada di rumah-bisa menjadi pemulihan kecil untuk bumi ini. Dengan menyiapkan tempat berdasarkan jenisnya, satu tempat sampah untuk sampah alamiah seperti sampah makanan dan tempat sampah yang lain untuk sampah jenis non alamiah seperti plastik. Sampah alamiah kemudian dibakar atau ditimbun di dalam tanah. Sedangkan untuk sampah jenis plastik bisa diloakkan. Sampah-sampah plastik tersebut akan dijual ke pengepul dan selanjutnya didaur ulang di pabrik pengolahan sampah plastik dan sejenisnya. Dengan begitu, kita akan mendapat keuntungan ganda, bumi kita selamat dan bonus dari hasil penjualan sampah plastik tersebut. Jangan malu untuk menjadi pemulung di rumah sendiri!!!
Selengkapnya...

Prioritas yang tidak jelas

...Sebagai manusia biasa, aku seperti jembatan rapuh yang hanya bisa dijadikan perantara satu dua orang saja untuk mencapai tujuannya..

Aku tidak tahu persis kapan hal ini mulai menginvasi pikiranku. Yang jelas, persepsi ini timbul 3 tahun terakhir. Saat semua rasa bercampur dalam proses menuju kedewasaanku. Saat aku menggabungkan pengalaman dengan doktrin-doktrin. Saat aku menemukan jati diriku yang sesungguhnya dan saat aku menyadari bahwa aku mempunyai banyak hak asasi sebagai manusia.
Hal ini sering membuatku ragu untuk menentukan pilihan. Aku mengatakan tentang C i n t a, dalam arti luas tentunya. Sebagian besar di dunia ini ada karena cinta. Aku pun hidup karena cinta, berkata karena cinta, bertindak karena cinta. Aku tidak perlu ragu akan tujuan hidupku. Setiap proses akan kujalani dengan berpegang pada cinta.
Namun, saat-saat seperti sekarang. Siapa yang lebih kuprioritaskan? Untuk siapa aku bertindak atas nama cinta ini?Tuhan selalu nomor satu, itu sudah pasti. Lalu selanjutnya, siapa yang layak? Aku sendiri, dia atau mereka? Sebagian orang pasti berpikir kalau keluargalah yang menjadi prioritas utama. Memang, keluarga adalah pohon cinta yang tumbuh alami tanpa didasari berbagai kepentingan. Namun bagiku, seperti sebuah kalimat, "anak hanya titipan", demikian juga "orang tua hanya perantara". Meskipun aku tahu benar seberapa besar cinta mereka kepada anak-anaknya.
Berdasarkan wacana-wacana iman yang kudalami, Tuhan menginginkan kita mencintai semua manusia tanpa kecuali. Belum pernah kutemukan ajaran yang menekankan keluarga sebagai prioritas.
Lalu, bolehkah untuk sejenak aku mengabaikan mereka untuk orang yang lebih membutuhkanku? Sejujurnya, meskipun aku mempunyai landasan yang kuat untuk kujadikan pedoman, aku masih tidak tahu ke mana harus melangkah.. Aku tidak ingin langkahku sampai di tempat yang tidak semestinya.. Karena aku pasti akan menyesal jika ada seseorang yang berderai air mata karena aku salah dalam menentukan pilihan. Selengkapnya...

Photography is amazing




Keindahan...Salah satu hal dari sekian hal yang ingin dinikmati oleh banyak orang.Namun demikian, aku yakin kalau setiap orang mempunyai makna yang berbeda tentang apa yang dinamakan indah.Kalau tidak begitu, tidak mungkin ada jutaan karya indah yang terpajang di alam ini-dalam arti ciptaan manusia-yang diabadikan dalam berbagai bentuk. Bagiku keindahan bukan hanya sebuah obyek dimana indra penglihatanku terpuaskan olehnya,melainkan juga sebuah media yang karena keindahan itu akan tercipta keindahan baru. Saat ini, aku sedang tertarik untuk mengintip keindahan dalam dunia fotografi. Tidak sulit untuk menemukan hal ihwal seputar itu. Banyak teman dan kenalan di sekitarku yang berkecimpung di dunia tersebut, dari yang amatiran sampai profesional. Yang dibutuhkan hanya kesediaan untuk belajar dan bertanya ditambah sentuhan seni untuk memberikan hasil yang lebih imajinatif. Mengkoleksi foto-foto milik orang lain juga sangat diperlukan. Bukan berarti mengurangi kekreatifan dalam berkarya, tetapi sebagai referensi untuk lebih menggali kemampuan kita dalam berimajinasi. Lagipula, menghargai karya orang lain adalah sesuatu yang layak dilakukan sebagai wujud balas budi kita dari kepuasan yang kita dapatkan karena keindahannya. Ada banyak koleksi foto menarik yang kudapatkan baik itu dari hasil penjelajahanku di dunia maya maupun hasil jepretan teman. Foto-foto di atas adalah foto-foto favoritku. Memandangnya memberikan kepuasan yang sangat berarti, dari mata turun ke hati. Selengkapnya...

Cara Seru untuk berSeru???


Semakin hari rasanya semakin banyak saja perilaku manusia yang aneh. Meskipun hal tersebut menunjukkan kekreatifan mereka sih..maybe dengan begitu, timbul daya tarik yang besar dari orang lain untuk mengamatinya. Seperti saat tak sengaja aku melintas di depan televisi, Sabtu 25 April 2009 kurang lebih jam 7 pagi. Aku terkejut melihat David Beckham memegang raket tenis. Hah..kok bisa??? Dia memainkan raketnya di lapangan sepak bola dengan pemain tenis Denise Lewis, tapi terkesan tidak serius. Aku tetap diam di tempat sampai liputannya selesai. Oooo..ternyata pertandingan gabungan sepak bola dan tenis itu dalam rangka Hari Malaria sedunia to!!! Net dan jaring raket yang dipakai terbuat dari kelambu nyamuk. Mereka ingin menyerukan pada dunia untuk peduli terhadap saudara-saudara kita yang berada di daerah rawan malaria, seperti negara-negara di Afrika dan Amerika Selatan. Xixixixi...unik juga! Apapun cara kita, asalkan untuk tujuan yang baik..Why not? Selengkapnya...

Start sOMethiNg nEW

Life is mobile. So, make the mobility be better than before.

Saat ini aku telah membuat keputusan yang bagiku sangatlah berarti. Dilatar belakangi oleh kebahagiaan tiada tara (bukan maksud melebih-lebihkan, tapi itulah yang kurasakan) pada liburan paskah minggu lalu, aku ingin melakukan perubahan yang benar-benar kuniati dari sekarang. Bukan perubahan besar seperti yang dicanangkan oleh Obama, atau janji perubahan yang dikampanyekan oleh calon legislatif di negara kita. Tapi hanya perubahan kecil dan step by step untuk mengejar kebahagiaan.
Aku mempunyai pandangan sendiri tentang perubahan dan hari esok. Bagiku, apa yang terjadi next time tergantung dengan pilihan yang kita ambil saat ini. Tuhan hanya memberi jalan kan? Dan selanjutnya, bukankah kita sendiri yang harus memilih mana jalan yang tepat untuk kita.
Apa yang kurasakan saat itu -mengikuti kata hati- berharap bisa terulang. Meskipun harus berakit-rakit dahulu, aku akan memperjuangkannya. Make something new in my life to make better things.
Selengkapnya...