Mendapat Apa Yang Disebut Bahagia

Sejuknya hembus angin
Telah redakan
Segala amarah dalam hatimu

Terkadang kau sendiri tak mengerti
Begitu mudah engkau kecewa
Oh..dan ini seringkali terjadi
setiap harapanmu tak terpenuhi

Kau coba menyendiri dan membisu
Tuk memahami isi jiwamu
Lalu tercipta sebuah lagu merdu
Tempat curahan segala resah

Dan kau ceritakan pada dunia
Oh..tentang harapan dan angan-anganmu

Oh..aku ingin dapat bebas lepas
Aku ingin senantiasa merasa bahagia
Aku ingin dapat terbang jauh
Bila tiada yang peduli

Oh..aku ingin dapat mengungkapkan
Segala yang kurasakan dalam hati ini
Aku ingin dapat terbang jauh
Bila tiada yang mengerti

Tampaknya Mas Indra Lesmana ini sangat mengerti apa yang saya rasakan saat ini. (*emang ada hubungan apa dengan gue). Secara lirik lagu "Aku ingin"-nya sangat klop dengan gambaran perasaan saya saat ini. Atau mungkin bukan hanya saya. Kamu juga kan? Siapa sih yang tidak ingin bahagia?
Setelah berperang dengan kehampaan yang amat dahsyat, akhirnya saya menemukan kesegaran yang cukup menenangkan hati dan pikiran saya. Terbang bebas menuruti apa yang menjadi 'ingin' saya. Benar-benar lepas menggapai kesatuan 'ingin' saya.
Dan di tempat itulah, awal mula saya mendapatkan 'ingin' itu. Tempat itu seperti telah sengaja diatur sedemikian apik hingga setiap orang yang menghampirinya merasa seperti berada dalam serpihan surga dunia. Meskipun saat itu bukan kali pertama saya menginjakkan kaki atau bahkan menelusur kawasan wisata itu. Tapi entah kenapa, harus saat itu saya merasakan ketenangan, kebebasan dan semua perasaan campur aduk yang tidak ada satupun yang tidak diinginkan oleh manusia. (tidak bingung kan memahami kalimat?).

Memasuki gerbang kota, visual saya sudah dimanjakan oleh deretan bangunan yang satu dengan yang lain mempunyai keunikan masing-masing dan saya hanya bisa berkata "amazing". Hampir setiap rumah memamerkan tanaman hias yang ditata dengan rapi di atas pot di teras masing-masing ataupun dijajar di dalam green house untuk tanaman yang memang sengaja dikembangbiakkan dalam jumlah banyak. Dilihat dari banyak segi, saya pikir penduduk di sini adalah kalangan menengah ke atas. Mungkin karena setiap jengkal tempat ini bisa dijadikan potensi ekonomi yang menjanjikan dan memang benar-benar dimanfaatkan oleh penduduk setempat. Fasilitas yang disediakan sebagai pelengkap wajib kota wisata seperti hotel, restoran, karaoke, kafe dan massage (pijat ++ kali..hush!!) tak kalah menarik. Ada yang mengusung gaya Eropa, Belanda dan Indonesia sendiri tentunya. Sepertinya bangunan-bangunan itu dirancang oleh Arsitek yang tidak bisa dibilang amatir. Dan kalau saya pikir lagi, pemerintah kota ini sangat berperan dan cukup banyak andil dalam tata kota yang demikian indah yang sekaligus merupakan trik juga untuk meningkatkan pendapatan daerah.

Sedikit menanjak, pemandangan yang disuguhkan semakin mengagumkan. Keaslian alam yang memang sudah menawan ditambah campur tangan manusia yang entah otaknya terbuat dari apa hingga tercipta sesuatu yang mengagumkan di kanan dan kiri jalan. Persawahan dengan tanaman sayur yang memang ditakdirkan untuk tumbuh di daerah dengan suhu dingin seperti tempat yang saya kunjungi ini membentang mengikuti gundukan bukit di kanan-kiri jalan itu. Sebagian dibuat bertingkat-tingkat yang semasa saya masih mendapat pelajaran IPS dulu dikenal dengan sengkedan. Saya semakin takjub menyaksikan cahaya kuning yang dipendarkan oleh sinar mentari siang itu. Dan ternyata cahaya itu adalah fatamorgana dari ujung daun-daun kol yang sudah membusuk. Kok dibiarkan saja ya?Atau busuk karena apa?Ah, saya toh tidak berminat jadi ahli pertanian. Tapi tetap saja ingin tahu dan sampai sekarang masih kesal karena belum mendapat jawabannya. Ya sudahlah. Masih banyak yang harus saya nikmati.
Benar, jalanan di depan masih menyisakan berjuta keelokan. Jalanan yang meliuk-liuk dengan lembah yang tidak terlalu curam dan bukit-bukit yang tidak terlalu jauh dari tepi jalan turut menyerasikan daya tarik kawasan tersebut. Menikmatinya dengan berkuda besi seperti cara saya ini adalah cara yang paling tepat. Jalan yang sempit tidak menjadi halangan untuk menghentikan kendaraan dengan tiba-tiba. Saya bisa berkata begini karena waktu itu sempat terganggu dengan mobil di depan saya yang tidak menyisakan sedikit jalan untuk dilewati oleh pengendara kecil di belakangnya. Apalagi kalau mereka mengerem mendadak. Bisa saya cuap-cuap tuh

Hari menjelang sore dan saya bersama partner saya melaju dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai di tempat yang sudah kami rencanakan. Pemandian air panas. Pas buat kondisi tubuh saya yang kurang fit. Kata si mbah saya, mandi air panas (maksudnya hangat) berkhasiat untuk mengurangi pegal-pegal. Setelah googling, ternyata khasiatnya bukan cuma itu. Bisa juga untuk mengurangi stres, mengobati flu, sakit kepala, penyakit kulit dan masih banyak lagi. Tidak muat untuk di-posting di halaman ini kalau saya ulas lebih rinci.

Langsung saja saya nyemplung sembari membuat beberapa gerakan sederhana (baca:berenang) untuk melemaskan badan. Tidak lama sih, cuma satu jam-an. Dan hasilnya luar biasa aneh. Begini kronologisnya. Di kolam yang saya cemplungi itu airnya suam-suam kuku. Saya naik dan berjalan menuju kamar ganti dan bersentuhan dengan udara yang bersuhu pegunungan. Selanjutnya, saya membilasnya dengan air bersih yang ada di dalam kamar mandi dengan suhu di atas air kolam tempat saya berenang tadi. Lebih tepatnya, agak lebih panas. Kombinasi yang cukup menyakiti sendi. Hangat-dingin-panas. Sepertinya kulit saya ini akan dijadikan makanan atau apa hingga harus melewati prosedur yang demikian. Untung saja saya bersama partner yang klop sehingga setiap gangguan-gangguan kecil terasa tidak berarti kalau sudah bercengkerama dengannya.

Sang surya mulai menghilang di kaki langit. Kami meninggalkan tempat itu dan kembali takjub menyaksikan kabut tipis yang menyelimuti lembah dan bukit di tepi jalan yang kami lewati. Aksesoris alami yang cantik. Saya sudah kehabisan kata-kata untuk menggambarkannya, terlebih apa yang saya rasakan di sini, di hati saya. Saya pun sadar kalau kebahagiaan yang saya dapatkan hari itu bukan hanya karena nikmatnya penjelajahan visual saya, tetapi lebih karena perpaduan keinginan dan kekaguman akan sesuatu yang sama dengan dia yang menghantarkan saya ke tempat itu.

PS.
'tempat yang saya kisahkan adalah Kota Batu'
'lirik milik
Indra Lesmana'
'ucapan terima kasih untuk dia yang berbagi arti keindahan bersama saya. Mari kita buat episode yang lebih menarik'

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung! Silahkan dikomeni, Monggo!