VIP room

Baru saya sadari kalau ruangan yang saya miliki ini ternyata sangat spesial. Padahal saya sendiri-yang memiliki ruangan ini-tidak tahu persisnya bagaimana ruangan ini bisa terbangun menjadi demikian.(Hhmm, bagaimana ya menggambarkannya?)

Ruangan ini tidak bersih. Masih banyak sampah berserakan di sana-sini. Meskipun sering sekali saya membersihkannya, tetap ada saja sampah-sampah dan debu-debu dari luar yang mengotorinya lagi. Atau mungkin saya sendiri yang lebih sering menyampah di situ.

Yang jelas, ruangan ini cukup luas untuk dihuni puluhan orang. Namun tidak sembarangan orang bisa masuk ke dalam ruangan ini. Ruangan ini hanya mempunyai satu pintu. Kunci ditangan saya. Tidak ada duplikat. So, hanya saya yang bisa mempersilakan orang lain masuk dan membolehkannya keluar. Tentunya keluar atas permintaan saya. Hhh..egoisnya saya?

Karena saya orang yang welcome, siapapun akan saya ijinkan untuk masuk ke dalam ruangan ini. Sekedar duduk di kursi yang telah saya sediakan dan berbincang-bincang dengan saya sembari melihat-lihat perabotan yang terpajang di sana juga boleh. Asal jangan sampai membuat ruangan saya menjadi semrawut. Saya pasti akan langsung membukakan pintu dan menyuruhnya keluar dengan paksa.

Susah payah saya menata ruangan ini. Yang pasti tidak sendirian. Banyak orang yang telah masuk ke sini, membantu mempercantik ruangan ini. Mulanya mereka hanya singgah. Perlahan, dengan komunikasi yang mendalam dengan saya mereka pun betah tinggal di sini. Padahal yang mereka lakukan hanya duduk di kursi masing-masing, berbisik pada saya agar saya tidak salah meletakkan perabotan. Kalau saya bandel, mereka cukup berteriak dan saya pun jadi lebih sadar untuk menentukan posisi yang pas dimana saya bisa meletakkan perabotan yang saya miliki.

Mereka adalah sahabat-sahabat saya yang baru singgah empat tahun lalu. Dalam waktu yang sesingkat itu, mereka sudah sangat berjasa membuat ruangan yang saya miliki ini menjadi lebih menarik. Karena itu saya siapkan kursi yang nyaman khusus untuk mereka. Yah, ruangan saya ini memiliki banyak kursi. Seperti menonton sebuah konser, setiap orang harus menunjukkan tiket untuk bisa duduk di kursi yang ingin ditempati. Namun sekali lagi saya-lah yang menentukan di kursi mana dia bisa duduk. Setinggi apapun penawarannya, kalau dia tidak bisa memuaskan saya, saya tidak akan memberinya kursi yang layak.

Tenang saja. Saya tidak sejahat itu. Saya akan usahakan agar setiap orang yang masuk bisa duduk di kursi yang nyaman. Hanya saja, jangan iri kalau hanya orang-orang tertentu yang saya perlakukan dengan sangat baik. Bukan karena mereka lebih dulu tinggal di situ, tetapi mereka bisa mengisi ruangan itu dengan pernak-pernik menawan yang sebelumnya tidak ada atau tinggal sedikit dalam ruangan itu.

Satu lagi, saya punya kursi spesial lo. Tapi hanya berdaya muat dua orang. Saya dan satu orang lagi. Yang membuat saya heran, kenapa dia sangat betah duduk di sana? Kenapa saya enggan untuk menyuruhnya berpindah kursi atau sekalian keluar saja dari sini? Padahal dia sudah sering mengotori ruangan saya ini. Meskipun toh pada akhirnya dia sendiri juga yang membersihkannya. Ah, saya sendiri pun tidak tahu jawabannya. Alasan yang bisa saya kemukakan hanya sebuah hasrat dari dalam ruangan ini yang cukup kuat untuk menahannya tetap tinggal. Dan itu sangat kuat.

Sekarang, saya harus lebih berhati-hati untuk menggunakan kunci yang saya pegang ini. Gawat sekali kalau saya mengundang orang baru (lagi). Apalagi kalau dia sangat teliti dengan ruangan yang saya miliki ini. Aura ruangan saya pasti akan penuh dengan kenangan-kenangan yang sulit dibersihkan. Seperti yang saya rasakan saat ini.

PS.
'ruangan yang saya maksud adalah hati saya. trims buat teman-teman atas support-nya selama ini, hingga saya bisa seperti sekarang. trims juga untuk yang menempati kursi spesial bersama saya. kalian semua akan tetap tinggal di hati saya'
'gambar asli dipinjam dari sini'

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung! Silahkan dikomeni, Monggo!